Mengenal FAROUK ABDULLAH ALWYNI, Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk Daerah Pemilihan (DAPIL) DKI JAKARTA II (Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri)
Selain pemilihan presiden, pemilihan legislatif, khusus-nya DPR RI, sebenarnya adalah sebuah pemilihan yang tidak kalah penting-nya. Umat dan bangsa perlu memilih para wakil-wakil yang amanah dan mau berjuang utk kepentingan rakyat banyak dan pihak yang lemah untuk di tempat kan sebagai perwakilan rakyat. Untuk Daerah Pemilihan DKI Jakarta II yang melingkupi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri, satu wajah baru di politik adalah saudara Farouk Abdullah Alwyni (FAA), yang di majukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai yang bernomor urut delapan (8).
Sebenarnya FAA adalah bukan wajah baru yg sesungguhnya dalam dunia aktivisme politik, beliau mungkin wajah baru di dunia politik pemilihan calon legislatif nantinya, tetapi beliau mempunyai jam terbang yang panjang terkait keperduliannya terhadap dinamika politik umat & bangsa sejak masa Orde Baru (ORBA).
Sebelum-nya FAA adalah aktivis HMI (MPO) di era awal 90-an dan sempat menjabat sebagai Ketua Bidang Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan HMI Cabang Jakarta dan terakhir Wakil Sekretaris Jenderal PB HMI (MPO) sebelum keberangkatannya ke Amerika Serikat utk melanjut-kan studi S-2 beliau di New York University (MA in Economics), selain aktif di HMI pada masa S-1 nya di STIE Perbanas, beliau juga aktif di lembaga intra kampus di STIE Perbanas di antara-nya adalah Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dan Kelompok Studi Mahasiswa (KSM).
Persoalan konglomerasi pada masa ORBA telah menjadi perhatian beliau pada waktu itu, juga isu-isu terkait tantangan pembangunan ekonomi Indonesia lewat kajian-kajian di KSM. Pada masa itu beliau juga adalah salah satu pendiri, sekaligus Ketua Periode Dua dari lembaga da’wah kampus (LDK) STIE Perbanas yang di kenal pada waktu itu sebagai Studia Islamica, yang sempat di paksa beroperasi “underground” oleh Dekan Perbanas pada waktu itu (Thomas Suyatno) dengan alasan aturan NKK/BKK era Orde Baru. Tetapi LDK tersebut di Perbanas kenyataanya terus berlanjut sampai sekarang.
Selain dunia intra kampus di atas, pada masa awal 90-an (1990-1994), FAA juga banyak terlibat dalam aktivisme luar kampus, selain aktivitas di HMI (MPO), FAA juga menjadi salah satu pendiri Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta (FKMIJ), sebuah forum komunikasi yang menyatukan berbagai macam organisasi kemahasiswaan dan juga berbagai LDK. Misi utama dari FKMIJ adalah menjadi sebuah gerakan moral bagi aktivis mahasiswa Islam dalam rangka mengkritisi berbagai persoalan yg terjadi di masa ORBA. Salah satu hal fenomenal yg di lakukan FKMIJ adalah menampilkan calon alternatif menjelang pemilu 1993 di luar Pak Harto dengan mendatangi Fraksi ABRI di DPR pada waktu itu. FKMIJ mencalonkan M. Yusuf, eks-Menhankam Pangab pada waktu, sebagai Presiden dan Prof. Deliar Noer, mantan rektor IKIP pada waktu itu sebagai Wakil Presiden. Kebetulan memang FAA juga aktif di Yayasan Studi Ar-Risalah di bimbingan Prof. Dr. Deliar Noer. Apapun, yg di lakukan FAA bersama FKMIJ pada masa itu adalah satu bentuk keterpanggilan moral untuk menampilkan suara yang berbeda, di tengah-tengah homogenitas iklim politik untuk mendukung Soeharto selalu sebagai calon tunggal, termasuk banyak kelompok ulama-nya.
Keperdulian FAA terhadap isu-isu ekonomi politik dan pembangunan yang di hadapi Indonesia juga di wujudkan dalam penulisan Skripsi S-1 nya, di mana FAA menulis isu terkait Hutang Luar Negeri Indonesia, dengan judul “Dampak Hutang Luar Negeri Indonesia Terhadap Struktur Anggaran: 1985-1990.” Bagian-bagian dari skripsi FAA ini telah di terbit-kan di berbagai surat kabar nasional waktu itu.
FAA meninggalkan Indonesia pada tahun 1994 untuk melanjut-kan studi S-2 nya di Amerika Serikat. Antara tahun 1994-1995 FAA tinggal di Los Angeles untuk menyiapkan diri dengan segala persyaratan untuk menempuh S-2, di antara-nya memperdalam kapasitas penulisan bahasa Inggris di Santa Monica College, serta mengambil pelatihan TOEFL dan GRE, yang merupakan prasyarat untuk memasuki program S-2 (Master) di universitas di Amerika Serikat. Selama berada di Los Angeles, FAA juga sering mengikuti kegiatan pekanan bersama kelompok Islam, Jama’ah Tabligh, bahkan sempat pula mengikuti pertemuan besar tahunan mereka (Ijtima) sebanyak dua kali di San Francisco dan Arizona.
Awal January 1996 FAA pindah ke New York setelah di terima untuk menempuh studi S-2 di bidang ekonomi (MA in Economics) di New York University (NYU), New York. Selama studi di NYU, FAA banyak berkenalan dengan banyak pelajar Muslim lokal dan antar bangsa di Islamic Center NYU dan juga dalam beberapa kesempatan berinteraksi dan di ajak menghadiri kajian bersama kelompok Hizbut Tahrir New York. Terkait Hizbut Tahrir, walaupun tidak begitu sepakat dengan model pendekatan gerakannya pada waktu itu, FAA menyikapinya sebagai kawan berfikir dalam mencoba membangun kondisi umat yang lebih baik.
Sewaktu di New York, FAA juga sempat bekerja paruh waktu di antara-nya di Perpustakaan NYU Law School dan juga sebagai Tutor di School of Continuing Education NYU. Menjelang masa akhir studi-nya, FAA juga berkesempatan untuk menjalankan internship (magang) di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, tepat-nya di Pusat Hak Azasi Manusia PBB atau di kenal juga dengan sebutan United Nations High Commissioner for Human Rights (UNHCHR). Isu utama yang di tekuni FAA selama melakukan internship di UNHCHR adalah isu-isu terkait rights to development, atau hak-hak untuk pembangunan. Selain itu, FAA juga banyak menghadiri pertemuan-pertemuan internasional di PBB termasuk General Assembly atau sidang umum sewaktu menjalankan internship tersebut.
Ketertarikan FAA dengan isu-isu pembangunan juga terkait dengan konsentrasi studi-nya di NYU yang lebih mengarah ke subjek-subjek ekonomi pembangunan yang di antaranya dengan mempelajari ekonomi Timur Tengah (Middle Eastern economy), ekonomi Latin Amerika (Latin American economy), pembangunan ekonomi (economic development), dan juga hubungan ekonomi politik Utara Selatan (political economy North South relations). Ketertarikan ini berlanjut dengan penulisan Master Thesis FAA yang berjudul Education and Economic Growth: Newly Industrializing Economies’ Experience. Di sini FAA mempelajari bagaimana koordinasi dan sinergitas antara kebijakan pendidikan dan industri di negara-negara Asia Timur seperti Hong Kong, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan mempunyai kontribusi dalam memacu pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Sebelum meninggalkan New York, FAA juga sempat menyampaikan makalah terkait Islam & pembangunan Indonesia dalam pertemuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (PERMIAS) di Konsulat Jenderal Indonesia di New York, bersama di antara-nya Duta Besar Indonesia di Amerika Serikat pada waktu itu, Dr. Dorodjatun Kuntjoro Jakti.
Selepas studi FAA di NYU di pertengahan 1998, dan setelah melalui proses seleksi, dan melakukan interview di Washington, FAA bergabung dengan Young Professional Program (YPP) dari Islamic Development Bank (IDB) di Jeddah, Saudi Arabia (1998-1999). Dalam program ini FAA di rotasi di tiga department di IDB yakni Operations & Projects Department-1 (OPD-1) yang menangani projek-projek pembangunan IDB di negara-negara yang di kelompokkan sebagai English speaking countries dan sempat pula mengunjungi Maladewa, Economic Policy & Strategic Planning (EPSP) yang menangani riset-riset terkait ekonomi pembangunan negara-negara anggota IDB maupun kebutuhan-kebutuhan keynote speeches dari Presiden IDB, dan terakhir di Trade Finance & Promotion Department (TFPD) yang menangani pembiayaan ekspor dan impor dari negara-negara anggota IDB dan juga penyelenggaraan konferensi-konferensi terkait isu-isu perdagangan di antara negara-negara anggota IDB. Di TFPD inilah akhirnya FAA di konfirmasi sebagai IDB Trade Finance Officer di bulan Januari 2000.
Selama di TFPD ini pula FAA banyak melakukan kunjungan ke berbagai negara anggota IDB untuk menemui pimpinan pemerintahan dan bisnis yang di antaranya adalah seperti Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Kazakhstan, Tajikistan, dan Turki dalam rangka mengelola ratusan juta dollar dana IDB untuk pembiayaan perdangan (trade finance operations) pemerintahan, perbankan, dan perusahaan-perusaahn (milik negara dan swasta) di negara-negara tersebut. Selama bertugas di Departemen Pembiayaan Perdagangan IDB ini, FAA yang di berikan tugas untuk di antara-nya menangani Indonesia, banyak melakukan koordinasi dengan Departmen Keuangan Republik Indonesia di antara nya untuk implementasi projek pembiayaan perdagangan senilai total USD 350 juta yang di setujui sewaktu Indonesia mengalami krisis keuangan di tahun 1998. Pada masa-masa tersebut, sekitar tahun 2000 – 2003, FAA di antaranya melakukan koordinasi dengan Badan Urusan Logistik (BULOG) untuk merealisasikan kebutuhan impor beras Indonesia dan juga dengan Departemen Pertanian (Deptan) untuk merealisasikan kebutuhan impor pupuk. Selain dengan Departemen Keuangan, FAA juga berhasil mendapatkan persetujuan untuk memberikan puluhan juta dollar fasilitas IDB trade finance kepada beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di antaranya Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Ekspor Indonesia, dan juga Pertamina.
Di antara tahun 2004 – 2007 FAA banyak melakukan aktivitas pembiayaan perdagangan IDB di Iran dan Asia Tengah, di samping tetap melakukan aktivitas di Indonesia yang di antaranya adalah implementasi fasilitas pembiayaan perdagangan senilai USD 230 juta sebagai bagian dari paket pembiayaan Tsunami untuk Indonesia. Dalam kerangka implementasi paket pembiayaan Tsunami ini, berdasarkan permohonan langsung dari Wakil Presiden Jusuf Kalla pada waktu itu, FAA berhasil mendapatkan persetujuan dari Manajemen IDB untuk melakukan domestic procurement dari fasilitas IDB Import Trade Financing, sebuah hal yang tidak biasanya di lakukan oleh IDB.
Selain melakukan tugas utama dengan mengidentifikasi, menganalisa, melaporkan, mendapatkan persetujuan (dari IDB Management), dan mengimplementasikan transaksi pembiayaan perdagangan di negara-negara tersebut di atas, FAA juga banyak terlibat dalam aktivitas lain di dalam maupun di luar Departemen Pembiayaan Perdagangan IDB, yang di antaranya adalah menjadi Sekretaris Task Force dengan tugas mempelajari “The Feasibility of Using Gold Dinar as a Means of Settlement under the Multilateral Payment Arrangement among the OIC Member Countries”; memberikan masukan kepada pimpinan department terkait isu-isu pembiayaan usaha kecil dan menengah (UKM); negara-negara anggota IDB di Asia Tengah, dan peranan dari kantor-kantor regional IDB; mewakili IDB sebagai observer dalam pertemuan-pertemuan terkait trade preferential system di antara negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Turki; dan anggota Tim Tehnis Ahli di area perdagangan dan investasi dalam kerangka memformulasikan Visi IDB 1440.
Di luar dunia professional-nya FAA juga banyak terlibat dengan kegiatan masyarakat Indonesia di Jeddah. FAA di antara-nya pernah menjadi Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi Satuan Jeddah di tahun 2000 s/d 2003. FAA juga aktif dalam kegiatan Forum Masyarakat Indonesia di Jeddah (FORMIDA). Di samping itu, FAA selaku Sekretaris dari Forum yang mengumpulkan segenap elemen masyarakat Indonesia di Saudi Arabia besama Ketua-nya Bapak Fadhol Arovah Maryadhie menyampaikan petisi ke President Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001 untuk menghentikan pengiriman Pembantu Rumah Tangga-Tenaga Kerja Wanita (PRT-TKW) ke Saudi Arabia karena pemerintah di anggap belum bisa melindungi hak-hak para pekerja tersebut di samping juga persoalan martabat bangsa yang tidak kalah penting. Selama tinggal di Jeddah ini pula, FAA mulai berkenalan dan bergabung dengan pengajian tarbiyah dari Partai Keadilan (PK), yang merupakan nama awal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan di minta menjadi salah satu penasehat PK Komisariat Jeddah.
Sewaktu bertugas di Departemen Pembiayaan Perdagangan IDB (1998-2007), di tahun 2003-2004, FAA mengambil cuti dan menempuh lagi studi S-2 nya yang kedua dengan mengambil program Master of Business Administration (MBA) dengan konsentrasi International Banking & Finance di Birmingham Business School, the University of Birmingham, UK dengan mendapatkan pinjaman tanpa bunga dari IDB. Selama masa studi di Birmingham, FAA banyak berinteraksi dengan komunitas masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa, di Birmingham. FAA juga mengoptimalkan masa tinggal nya di Birmingham dengan berkeliling ke berbagai kota di Inggris di antara-nya London, Conventry, Glouchester, Oxford, Swindon, Manchester, York, dan Warwick. Kenangan utama di Inggris adalah ketika FAA mengunjungi Warwick Castle dan melihat bagaimana bangsa-bangsa di Eropa juga melalui masa kelam-nya tersendiri dengan berbunuhan di antara mereka selama ratusan tahun. Dan bagaimana pada akhirnya, hal-hal antara lain peranan ilmu, hak asasi manusia, demokrasi, pembangunan karakter, pembangunan institusi, dan aturan hukum dapat memberadabkan mereka.
Di Birmingham, FAA lebih memperdalam studinya terkait perbankan and keuangan internasional dengan mata kuliah yang di ambil diantaranya adalah Manajemen Risiko (Risk Management), Teori Portfolio dan Analisa Investasi (Portfolio Theory and Investment Analysis), Manajemen Keuangan Bank (Bank Financial Management), Manajemen Strategi Lembaga-Lembaga Keuangan (Strategic Management of Financial Institutions), Pemasaran Jasa-Jasa Keuangan (Marketing of Financial Services), dan International Financial Markets & Institutions (Lembaga-Lembaga dan Pasar-Pasar Keuangan Internasional). Adapun disertasi MBA dari FAA berjudul “Corporate Financing in the Era of Securitization: Some Empirical Evidence.” Di sini FAA mempelajari kecenderungan berkembangnya pasar modal internasional sebagai pengganti institusi-institusi keuangan sebagai sumber pendanaan perusahaan bukan hanya di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris yang memang memiliki peran pasar modal yang kuat, tetapi bahkan di negara-negara yang secara tradisional memiliki peran bank yang kuat seperti Jepang dan Jerman. Salah satu temuan yang menarik adalah bahwa di negara-negara tersebut secara berangsur-angsur pendapatan bukan bunga bank meningkat sedangkan pendapat bunganya malah menurun. Temuan lain adalah Bank-Bank cenderung mulai melihat perusahaan kecil dan menengah (UKM) sebagai pangsa pasar yang penting mengingat perusahaan-perusahaan besar lebih cenderung mencari dana ke pasar modal.
Setelah sekitar 13 tahun hidup di Los Angeles, New York, Jeddah, Birmingham, dan Jeddah, FAA, di ajak oleh salah satu senior-nya di IDB yang telah menjadi eksekutif di Boubyan Bank Kuwait, kembali ke Jakarta di tahun 2007 untuk bergabung menjadi Direksi pertama dari sebuah perusahaan leasing Syariah yang di miliki oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI), Boubyan Bank Kuwait, dan International Leasing & Investment Company (ILIC) Kuwait, yakni PT. Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF). Selama di ALIF, FAA banyak berhubungan dengan lembaga-lembaga keuangan Syariah luar negeri, khusus-nya dari negara-negara Teluk dan Malaysia. Di antara “major deals” yang di tangani oleh FAA adalah sewaktu ALIF bersama BMI menjadi “lead arrangers” dari sebuah sindikasi internasional untuk membiayai pembelian tiga helikopter untuk sebuah perusahaan transportasi swasta nasional senilai USD 31 juta. Selain itu FAA juga terlibat dalam “advisory deals” yang mendatangkan investasi luar negeri dalam pasar modal Indonesia dalam bentuk pembelian saham Initial Public Offerings (IPO) dari satu perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang property dan satunya lagi dari sebuah anak perusahaan BUMN yang bergerak di bidang gas dan perminyakan.
FAA terpilih menjadi direksi salah satu induk perusahaan ALIF, yakni BMI pada pertengahan 2009. Selama di BMI FAA berusaha keras untuk meningkatkan kapasitas Bank Syariah pertama tersebut agar tidak tertinggal di bandingkan bank-bank konvensional. Di antara upaya-upaya yang di lakukan adalah dengan menginisiasi pembentukan jasa-jasa perbankan internasional di BMI yang terdiri dari jasa pengiriman uang internasional (remittance), pembiayaan perdagangan (trade finance), dan jasa investasi (investment services). Membangun jaringan perbankan internasional dengan berbagai bank internasional maupun lembaga pembangunan internasional dalam kerangka memfasilitasi bisnis trade finance & remittance dari BMI. Di samping itu FAA juga menginisiatifi pembentukan Divisi Financial Institutions (FIs) yang mengevaluasi dan memonitor partner lembaga keuangan, berhubungan dengan correspondent banking, pembiayaan dan pendanaan FIs (bank dan non-bank), dan hal terkait bankassurance. Inisiatif lain yang di lakukan adalah FAA juga membentuk Tim Haji untuk mengelola dana haji dan membangun koordinasi dengan Departemen Agama. Di luar aktivitas utama terkait perbankan internasional dan lembaga keuangan, FAA memberikan perhatian yang serius untuk memperbaiki kualitas layanan BMI, dan berhasil meningkatkan ranking dari kualitas layanan BMI secara signifikan (ke rangking 3 dari rangking 9 di antara 11 bank umum syariah yang di survei).
Selama bergabung di grup bisnis BMI (2007-2011), FAA juga menyempatkan diri untuk menjadi Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah dengan menjadi Ketua Bidang Hubungan Internasional (2008-2014). Dan sedapat mungkin juga memenuhi berbagai undangan untuk menjadi pembicara mulai dari kampus-kampus, berbagai Islamic Finance Forum yang di selenggarakan oleh Islamic Finance News baik di Jakarta maupun Kuala Lumpur, pertemuan Asia-Pacific Banking Forum yang di selenggarakan di Macau oleh Citibank, forum global IDB di Baku (Azerbaijan), forum bersama Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM), sampai dengan kunjungan ke Moskow & Kazan (Rusia) bersama Tim BMI untuk memberikan berbagai materi terkait keuangan Syariah di berbagai forum professional, kampus, sampai dengan di Russian Mufti Council (Dewan Mufti Rusia) kunjungan ini sendiri di lakukan dalam rangka memenuhi undangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow bekerja sama dengan Dewan Mufti Rusia. List dari berbagai kegiatan sebagai pembicara ini dapat di unduh di link berikut Conference, Training, and Seminar Activities. Selain kegiatan sebagai pembicara, FAA juga melanjutkan kembali hobi menulisnya dengan banyak menulis di Islamic Finance News (IFN), sebuah publikasi keuangan Syariah global yang berbasis di Kuala Lumpur dan berbagai media nasional. List dari berbagai tulisan FAA juga dapat di unduh di link berikut My Writings.
Di awal tahun 2012, dengan memanfaatkan berbagai pengalamannya di dunia perbankan Syariah internasional, FAA memulai usaha sendiri dengan menjalankan perusahaan yang telah di dirikan sebelumnya dengan fokus bisnis di area financial consulting dan training. Dengan kebebasan yang di miliki sebagai seorang wirausaha, FAA juga mengalokasikan waktu untuk berbagi pengalaman panjangnya di dunia keuangan & pembangunan internasional, di tambah dengan pengalaman di dunia keuangan Syariah nasional dengan mengajar di berbagai kampus di Jakarta, di antaranya di Perbanas Institute (di awali dengan mengajar di program magister manajemen) dan Program Studi Magister Manajemen Fakultas EKonomi & Bisnis Universitas Indonesia (MM-FEB-UI). Sebelum-nya FAA juga sempat mengajar di Fakultas Ekonomi YARSI dan Program Paska Sarjana Universitas Az-Zahra. Dalam hal berbagi ilmu, FAA juga banyak memenuhi undangan sebagai pembicara di berbagai forum di dalam dan luar negeri, khusus-nya terkait topik-topik keuangan dan ekonomi Syariah. Kegiatan ini dalam perjalanannya menjadi semakin ekstensif sebagaimana dapat di lihat di link di atas (Conference, Training, and Seminar Activities). Hal yang sama terjadi pula dalam kegiatan menulis-nya (unduh dari link My Writings di atas). Terlebih lagi di tahun 2013, IFN meminta FAA untuk menjadi Correspondent Board (Dewan Koresponden) mereka dengan menuliskan berbagai perkembangan bisnis keuangan Syariah di Indonesia.
Terkait kegiatan training, di akhir 2013, FAA mengadakan kerjasama dengan lembaga profesional di bidang keuangan dan investasi terbesar di Inggris, yakni Chartered Institute for Securities & Investment (CISI) di mana perusahaan FAA menjadi mitra dari CISI untuk memberikan berbagai macam kursus dalam rangka persiapan untuk mengambil tes-tes berkualifikasi internasional, di antara training-training yang FAA mendapat otorisasi untuk mengajar adalah Fundamentals of Financial Services (FFS), International Introduction to Securities & Investment (IISI), Islamic Finance Qualification (IFQ), Corporate Finance Technical Foundations (CFTF), dan Corporate Finance Regulations (CFR). FAA umumnya memberikan pelatihan di atas untuk para professional yang bekerja di lembaga keuangan (BUMN maupun Swasta) dan institusi pemerintahan. Di samping bekerjasama dengan CISI, perusahaan FAA juga menjadi mitra dari satu lembaga profesional global yang berbasis di London, Inggris, yakni Chartered Institute of Management Accountants (CIMA).
Dalam kerangka mengaktualisasikan intellectual passion, FAA menjadi salah satu pendiri dari sebuah Yayasan Sosial & Intelektual yakni Center for Islamic Studies in Finance, Economics, and Development (CISFED). Yayasan ini pada awal-nya adalah sebuah forum informal, sebagai sarana kumpul-kumpul para mantan aktivis mahasiswa era awal 90-an, yang perduli dengan isu-isu terkait paradigma pembangunan terintegrasi yang menyatukan antara keyakinan dan ilmu, dan juga isu-isu terkait dengan keuangan Syariah dan keadilan sosial. CISFED sebagai forum informal pertama kali di launching di Financial Club Niaga Tower di tahun 2009. Dalam perjalanannya CISFED ini resmi menjadi badan hukum yayasan pada tahun 2013 dengan FAA sebagai Ketua Dewan Pembina.
Di tahun 2015, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meminta FAA sebagai Ketua Biro Diplomasi Luar Negeri. Dalam kapasitas ini, FAA bersama Tim Biro Diplomasi bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri mengadakan pelatihan diplomasi untuk segenap Pusat Informasi dan Penerangan (PIP) PKS di luar negeri di tahun yang sama. Selain itu FAA juga di antaranya bertugas untuk menghadiri beberapa pertemuan-pertemuan internasional di antaranya pertemuan International Conference on Asian Political Parties (ICAPP) di Kuala Lumpur & Istanbul di tahun 2016. Dalam pertemuan ICAPP di Istanbul, FAA mewakili DPP PKS menyampaikan pandangan terkait isu pengungsi dan migrasi, khususnya terkait dengan apa yang terjadi Suriah. Di tahun 2017, FAA juga mendampingi Presiden PKS (M. Sohibul Iman, PhD) menghadiri Doha Forum di Qatar atas undangan Duta Besar Qatar untuk Indonesia. Selain itu, FAA juga banyak berhubungan dengan duta-duta besar negara sahabat baik menerima mereka bersama Presiden PKS di Kantor DPP ataupun memenuhi undangan untuk mengunjungi kedutaan besar atau rumah dinas mereka. Hal penting lain yang di lakukan-nya bersama dengan Tim Luar Negeri PKS di tahun 2017 adalah memediasi kunjungan seminar dan pelatihan gratis di Jerman terkait Renewable Energies dan Waste Management yang di selenggarakan oleh Bavarian Ministry of Economic Affairs and Media, Energy and Technology (pemerintah negara bagian Jerman) untuk para profesional di bidang-bidang terkait.
Tahun 2016, FAA di masukkan dalam list ISLAMICA500 (www.Islamica500.com). List ini adalah koleksi dari orang-orang yang di anggap berpengaruh dalam pengembangan Ekonomi Islam sebagaimana judul dari buku petunjuk yang di terbitkan, yakni “the 500 who make the Islamic economy.” The Islamica500 di terbit-kan oleh the Isfin Institute (www.isfin.net), sebuah perusahaan konsultan internasional yang memiliki domisili di antaranya di London, Kuala Lumpur, Dubai, dan New York.
Sejak Maret 2017 FAA mulai melanjut-kan kembali Studi S-3 di Universitas Sains Malaysia, Penang, sebuah studi yang tertunda cukup lama sejak beliau menyelesaikan dua studi S-2 nya. Riset yang di lakukan FAA untuk studi S-3 nya adalah terkait dengan analisa dari perspektif Islam tentang dasar intelektual dari pendekatan pembangunan Indonesia di era Orde Baru dan demokrasi sekarang ini. Ketertarikan FAA dengan isu-isu Islam dan pembangunan dalam kaitannya dengan upaya memajukan Indonesia mendorong FAA untuk melakukan riset yang beliau lakukan saat ini.
Itulah mungkin sekelumit perjalanan hidup FAA, baik sebagai aktivis mahasiswa, penulis, pemikir, profesional keuangan, pengajar, dan terakhir sebagai aktivis partai politik. Bagaimanapun publik perlu mengenal lebih jauh latar belakang dari calon-calon legislatif yang akan di pilih-nya, mengingat Indonesia membutuhkan sebuah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang bersih, perduli, dan mempunyai komitmen untuk mewujudkan Indonesia yang adil, beradab, sejahtera, maju serta berperan penting dalam percaturan politik dan ekonomi internasional. Demikian, semoga bermanfaat.