Ketua Departemen Ekonomi & Pembangunan (24/7-2021), DPP PKS, Farouk Abdullah Alwyni (FAA), menyatakan bahwa ledakan kasus Covid-19 dewasa ini menunjukkan bagaimana persoalan non-ekonomi yang dalam hal ini kesehatan berdampak sedemikian besar terhadap ekonomi.
Dampak ekonomi dari persoalan kesehatan ini dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi seperti diantaranya; pertama, realisasi pertumbuhan ekonomi semester 1 yang hanya berada pada kisaran 3,1-3,3 persen jauh dibawah target APBN 2021 sebesar 5% yang bahkan mempunyai potensi untuk semakin menurun lagi pada kuartal III.
Realisasi pertumbuhan yang ada juga berada di bawah prediksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 5,7 persen, bahkan ASEAN sebesar 5,1 persen. Kedua, menurut Farouk terjadinya peningkatan realisasi defisit APBN semester I tahun 2021 sebesar 1,72% dari PDB yang seblumnya diproyeksikan di 1,67%. Defisit keseimbangan primer selama semester I 2021 turut meningkat ke negatif Rp116,3 triliun dari Rp99,6 triliun pada semester I 2020.
Puncak dari ini adalah diturunkannya kembali status Indonesia dari negara yang berpendapatan menengah ke atas, yang baru berusia satu tahun, kembali lagi ke negara yang berpendapatan menengah bawah oleh Bank Dunia, mengingat penurunan pendapatan per kapita Indonesia yang hanya 3.870 dollar AS di tahun 2020 dari sebelumnya 4.050 dollar AS di tahun 2019. Sementara Batas minimal kategori negara menengah ke atas adalah sebesar 4.046 dollar AS.
Persoalan akan terlihat lebih buruk lagi, jika kita melihat bagaimana dampak ekonomi dari persoalan kesehatan sekarang ini terhadap meningkatnya jumlah pengangguran, tingkat kemiskinan, bisnis-bisnis yang tutup termasuk UMKM, belum lagi dampak sosial seperti psikologi masyarakat yang mengalami depresi dalam menghadapi persoalan tersebut.
Link-link dari berbagai media online yang mempublikasikan pernyataan tersebut berada dibagian media dari web ini. Semoga bermanfaat.