Artikel Farouk Abdullah Alwyni di bawah ini pertama kali diterbitkan di Islamic Finance News Annual Guide tanggal 22 Desember 2020 dengan judul “The Islamic pension funds: the next big thing in Islamic finance.” Diterjemahkan atas izin penulis untuk pembaca Indonesia oleh Ananta Damarjati dari media online barisan.co. Akses tulisan dari media online tersebut yang tayang pada tanggal 4 Januari 2021 adalah https://barisan.co/jangan-biarkan-potensi-dana-pensiun-syariah-menguap-hampa/.
Adapun artikel bahasa Inggris dapat diakses di link: https://www.islamicfinancenews.com/islamic-pension-funds-the-next-big-thing-in-islamic-finance.html.
Jangan Biarkan Potensi Dana Pensiun Syariah Menguap Hampa
Dana Pensiun dibentuk untuk menunjang karyawan di akhir karirnya atau saat ia masuk usia pensiun. Biasanya dibiayai oleh kontribusi yang berasal dari karyawan itu sendiri atau pemberi kerja.
Di semua negara maju, pengelola Dana Pensiun ada dalam satu bentuk atau lainnya, dan mereka bisa merupakan investor atau institusi di pasar keuangan dan pasar global.
Total aset Dana Pensiun dari 37 negara anggota OECD pada 2019 diperkirakan mencapai US$32,3 triliun (OECD, 2020). Tujuh negara memiliki lebih dari 90% aset dana ini: Amerika (US$18,8 triliun), Inggris (US$3,6 triliun), Australia (US$1,8 triliun), Belanda (US$1,7 triliun), Kanada (US$1,5 triliun), Jepang (US$1,4 triliun), dan Swiss (US$1 triliun).
Mula-mula untuk mengejar keuntungan, sebagian besar dana pensiun hanya diinvestasikan di dua kelas aset utama (obligasi dan ekuitas). Namun, menurut studi PWC pada tahun 2016, dana pensiun telah mulai mendiversifikasi investasinya ke lebih banyak alternatif seperti infrastruktur, dana lindung nilai (hedge fund), private equity, dan real estat.
Studi yang sama juga menunjukkan bahwa investasi berkelanjutan (atau ESG Investment—Environmental, Social, and Good Governance) semakin memainkan peran penting dalam keputusan investasi dana pensiun di negara maju.
Ambil contoh AustralianSuper, dana pensiun terbesar di Australia. Ia menerapkan aturan ketat berdasarkan standar ESG untuk melengkapi pertimbangan keuangan. Dana yang mereka kelola tidak akan diinvestasikan pada perusahaan yang dianggap bermasalah di soal-soal seperti hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, dan tata kelola.
Kilas Balik 2020
Karena dana pensiun di negara maju telah memainkan peran penting di pasar keuangan domestik dan global, agak mengejutkan bahwa studi tentang dana pensiun syariah masih jarang dalam laporan dan literatur keuangan Syariah internasional.
Lebih dari itu, informasi tentang dana pensiun syariah biasanya hanya dimasukkan sebagai bagian dari studi tentang dana syariah, dan itu merupakan bagian kecil, seperti yang ditemukan dalam Laporan Islamic Finance Development Report 2019.
Laporan lainnya seperti Islamic Finance Services Industry Stability Report of the IFSB, dan Islamic Finance Outlook of S&P Global bahkan tidak memasukkan informasi atau diskusi tentang subjek tersebut.
Alasan utama barangkali sebab sulitnya mendapatkan data, atau besaran dana itu sendiri yang tidak terlalu signifikan. Seperti terlihat pada Tabel 1, bahkan dalam jagat dana syariah saja, dana pensiun hanya menyumbang kurang dari 0,5%.
Tabel 1: Islamic funds’ outstanding value by universe 2018 (US$ billion)
Rank | Fund | Outstanding Value |
1 | Mutual funds | 97 |
2 | ETFs | 9 |
3 | Insurance funds | 2 |
4 | Pension funds | 0,37 |
(Sumber data: Islamic Finance Development Report 2019)
Sebetulnya, tantangan untuk mengembangkan dana pensiun syariah bukan terletak pada keinginan untuk menjadikan dana pensiun konvensional sesuai syariat. Apalagi, kelembagaan dana pensiun itu sendiri masih keropos di kebanyakan negara Muslim.
Melihat daftar global dari 300 dana pensiun teratas di Tabel 2, hanya tiga dana pensiun dari dua negara Muslim yang terdaftar: the Employees Provident Fund and the Retirement Fund of KWAP of Malaysia, dan the Public Institution for Social Security of Kuwait.
Tabel 2: Position of selected pension funds of Muslim countries in the global list of top 300 pension funds (US$million)
Rank | Fund | Market | Total Assets |
1 | Government Pension Investment Fund | Japan | 1.555.550 |
2 | Government Pension Fund | Norway | 1.066.380 |
3 | National Pension Fund | South Korea | 637.279 |
4 | Federal Retirement Thrift | US | 601.030 |
5 | ABP | Netherland | 523.310 |
6 | California Public Employees | US | 384,.435 |
7 | National Social Security Fund | China | 361.087 |
8 | Central Provident Fund | Singapore | 315.857 |
9 | Canada Pension | Canada | 315.344 |
12 | Employees Provident Fund | Malaysia | 226.101 |
17 | Employee’ Provident | India | 168.095* |
23 | AustralianSuper | Australia | 129.025 |
50 | Public Institution for Social Security | Kuwait | 81.247* |
127 | Social Insurance Funds | Vietnam | 38.464* |
135 | Retirement Fund of KWAP | Malaysia | 37.019* |
(Sumber data: Thinking Ahead Institute, Willis Towers Watson, 2020 — Note: *Estimasi)
Bahkan jika kita menambahkan beberapa dana pensiun yang tidak tercantum dalam daftar ini seperti General Organization for Social Insurance (memiliki aset kelolaan (AuM) sebesar US$115,4 miliar) dan Public Pension Agency of Saudi Arabia (AuM: US$51,5 miliar, berdasarkan swfinstitute.org) dan badan jaminan sosial Indonesia BPJS Ketenagakerjaan (AuM: US$31,2 miliar, berdasarkan akun yang diaudit entitas), jumlahnya masih kurang sepersembilan dari 56 negara Muslim yang dikelompokkan dalam OKI—bandingkan dengan AS saja yang memiliki 142 perusahaan pembiayaan di dalam daftar.
Pratinjau 2021
Meski pada faktanya angka dana pensiun syariah masih terbatas, sebenarnya ada potensi besar. Itu bisa dimulai dengan dana pensiun utama yang ada di Indonesia, Kuwait, Malaysia dan Arab Saudi yang sudah memiliki aset relatif signifikan. Total nilai aset enam dana pensiun di empat negara tersebut mencapai US$542,47 miliar, hampir lima kali lipat dari keseluruhan angka reksa dana syariah pada 2018.
Marmore MENA Intelligence memperkirakan total aset dana pensiun di negara Arab Teluk pada tahun 2020 mencapai US$602,4 miliar. Jika investasi diubah menjadi instrumen syariah dalam jangka waktu tertentu, maka dana pensiun syariah akan benar-benar menjadi hal besar dalam industri keuangan syariah. Belum lagi kemungkinan konversi yang terjadi di Indonesia dan Malaysia.
Potensi lainnya adalah Turki, yang memiliki sekitar US$21,3 miliar aset dana pensiun pada 2019 (OECD, 2020). Potensi juga ada di kalangan minoritas Muslim di negara maju. Inggris adalah salah satu contohnya. Sudah ada beberapa tawaran dana pensiun syariah untuk komunitas Muslim di Inggris, di antaranya datang dari perusahaan-perusahaan seperti Options, yang sebelumnya dikenal sebagai Carey Pensions, HSBC Life Amanah Pension Fund, dan B&CE People’s Pension.
Kesimpulan
Meski data spesifik tentang dana pensiun syariah agak langka, dapat disimpulkan bahwa jumlah dana pensiun syariah yang ada terlalu kecil dibandingkan dengan potensinya. Setidaknya ada empat cara dana pensiun syariah bisa tumbuh jauh lebih besar dalam waktu dekat.
Pertama, melalui konversi bertahap dari dana pensiun konvensional yang ada di negara-negara Muslim besar yang disebutkan sebelumnya.
Kedua, melalui reformasi sistem jaminan sosial di sebagian besar negara anggota OKI sehingga diharapkan muncul lembaga-lembaga pensiun yang lebih layak.
Ketiga, melalui kesadaran baru umat Islam yang tinggal di negara Barat untuk lebih memilih menggunakan dana pensiun syariah.
Terakhir tapi bukan akhir, dengan menyelaraskan antara keuangan syariah dan investasi berkelanjutan (ESG) karena pada dasarnya dua hal ini saling terkait.
Sebagai tambahan, sejumlah alternatif investasi juga perlu dipertimbangkan, terutama di bidang keuangan pembangunan. Pada akhirnya, orang-orang saat ini tidak semata mencari keuntungan finansial, tetapi juga memiliki keinginan untuk berkontribusi positif bagi dunia. [Dmr]